janji adalah hutang.
mungkin seperti itulah gagasan awal yang terbersit di otak sentot sahid sebagai pemilik ide asli dan kemudian di serahkan pada jujur prananto untuk mentransformasikannya dalam bentuk skenario drama berbumbu suspense. dan penjabarannya pun berubah jadi seperti ini:
heru (winky wiryawan) dan retno (aurora yahya) adalah saudara sepupu yang memiliki keistimewaan. heru bisa melihat sosok mahluk halus, sedang retno cuma bisa merasakan keberadaannya. karena merasa senasib sepenanggungan, mereka akrab sejak jaman masih pake merah putih hingga menginjak bangku perkuliahan. hingga tanpa retno sadari, ternyata dia mencintai heru. meski heru sendiri merasa nggak mungkin balas mencintai karena dia dan retno masih mempunyai hubungan darah.
di bangku kuliah, heru menjalin hubungan asmara dengan rianti (endhita) tanpa sepengatahuan retno. hingga kemudian retno tahu dan tak bisa menerima kenyataan itu sampai-sampai mengalami kecelakaan karena depresi.
semenjak itu, hubungan heru dan rianti menjadi tak tenang karena diam-diam heru pernah membuat perjanjian khusus dengan retno: siapa yang lebih dulu meninggal, akan menemui yang masih hidup dan menceritakan perjalanannya setelah berada di alam kematian.
menarik?
actually titik hitam bukan film dengan cerita kacangan yang sekarang ini bertebaran dengan efek tambalan dimana-mana. poor them, setelah melihat hasil keseluruhan, selain durasi yang serasa bagai setahun lamanya alias bertele-tele, film ini diakhiri dengan ritme yang begitu terburu. mungkin sang sutradara en produser udah merasa terlalu kepanjangan. jadi buru-buru diselsein. masalahnya, mereka lupa mengefisiensi apa yang bertele-tele diawal seperti sub plot sub plot nggak penting. membuat titik hitam terasa sangat membosankan.
dari segi penyutdaraan, debut sentot sahid cukup pintar memanjakan mata gue. meski terlalu mengeksplor tempat kerjanya--IKJ. secara dia dosen disana.
dari segi akting semua pemain berakting lumayan. tapi kalo ngomongin spesial efek. haha... gue gak tau kenapa penampakan hantu-hantunya memaksa pake efek animasi 3D karena terlihat annoying. nggak serem, yang ada malah pengen muntah. bukankah lebih baik meniru kebiasaan nayato or kk dheeraj yang memakai setan asli manusia dengan beberapa modifikasi dempulan diwajah. entah pake kapas yang dikasi cat merah atau apalah namanya (sepertinya gue lupa kalo nayato atau kk dheeraj belum seeksis sekarang, bahkan asumsi gue, si biang tai alias KKD masih di negaranya). belum lagi, adegan terbang-terbangnya. oke sih sebenarnya, malah jarang liat film terbang-terbang kek gitu (dengan catatan ketika tahun 2002; red) tapi masih kurang halus efeknya. yah, gue bisa maklumi lah kalo masalah ini. mungkin karena dana juga kali ya.
sebagai film yang rilis ketika perfilman indonesia belum seramai sekarang, titik hitam telah gagal menyihir penonton untuk berduyun-duyun ke bioskop. seingat gue filmnya cuman bertahan seminggu lebih dikota gue. dan di jakarta cuman beredar di beberapa bisokop. mungkin dari segi poster yang nggak banget dan menjual nama winky wiryawan doang yang saat itu tengah bersinar gara-gara film jelangkung.
coba aja kalo skenarionya lebih pas dan nggak ngejablay kemana-mana memperpanjang durasi, mungkin film ini bakalan berbeda. apalagi pesan khusus yang ingin disampein sentot sahid bisa saja lebih mudah di cerna. karena judul titik hitam sebenarnya mempunyai maksud tersendiri.
ah, terlalu banyak yang ingin diceritakan dari arti sebuah titik.
2.5/10
0 comments:
Post a Comment